Pada ayat ini dijelaskan bahwa semua yang diciptakan Allah, baik yang berada di langit maupun yang berada di bumi seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, batu dan lain-lain yang bernyawa atau pun tidak, seharusnya setiap waktu dengan tulus dan ikhlas bertasbih kepada-Nya, menyatakan kebesaran-Nya, dan mengakui bahwa Dia-lah yang Mahakuasa. Semuanya tunduk menyembah serta mematuhi segala perintah-Nya. Jika demikian, manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal seharusnya menyucikan Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam ayat lain yang menunjukkan kedudukan makhluk, Allah berfirman: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (al-Isra'/17: 44) Dia pulalah Yang Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menyaingi-Nya. Dia Mahabijaksana menciptakan, memerintah dan mengatur makhluk-Nya dengan peraturan yang sudah ditentukanNya, yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Pada ayat ini diterangkan bahwa kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dia-lah yang berkuasa melakukan sesuatu atas makhluk-Nya, menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memberikan rezeki kepada siapa saja yang kehendaki-Nya, sesuai dengan keadaan yang dikehendaki-Nya. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Hal ini mengharuskan manusia beribadah dan meminta pertolongan kepadaNya.
Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah Yang Awal, yang telah ada sebelum segala sesuatunya ada, karena Dia-lah yang menjadikannya, dan yang menciptakannya. Dia-lah Yang ¨ahir, yang nyata adanya, karena banyaknya buktibukti tentang adanya. Dialah Yang Mahatinggi dari apa saja, tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada-Nya. Dia-lah Yang Batin, Yang hakikat Zat-Nya tidak dapat digambarkan oleh akal. Dia mengetahui semua yang tersimpan, yang tidak nyata dan segala yang tersembunyi. Dia yang paling dekat kepada apa yang telah diciptakan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang lebih dekat kepada makhluk-Nya selain Dia; sebagaimana firmanNya: Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf/50: 16) Dalam hadis riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah: Fatimah datang kepada Nabi saw meminta seorang pembantu, lalu Nabi menyuruhnya berdoa, "Ya Allah, Tuhan segala sesuatu, yang menurunkan kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, yang membelah bijibijian. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan setiap sesuatu. Engkaulah yang mengaturnya. Engkaulah Zat yang awal yang tidak ada sebelum-Mu sesuatu apa pun, Engkaulah Zat yang akhir yang tidak ada sesudah-Mu sesuatu apa pun. Engkaulah adz-¨ahir yang tidak ada sesuatu pun di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin yang tidak ada sesuatu apa pun di bawah-Mu. Lunasilah hutang kami dan cukupilah kebutuhan kami. (Riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah)
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi beserta semua yang terdapat pada keduanya. Dialah yang mengaturnya dengan sistem yang telah ditentukan-Nya dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy yang sesuai dengan kebesaran dan kesucian-Nya. Dari sanalah diatur seluruh kerajaan dengan hikmat dan bijaksana. Dianugerahkan-Nya kepada sebagian hamba-hamba-Nya petunjuk-petunjuk yang dapat membawa mereka kepada jalan yang sempurna untuk mengabdi dan bersyukur kepadaNya sehingga mereka dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Dia mengetahui semua makhluk-Nya yang masuk ke dalam bumi, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya dan Dia pun mengetahui apa-apa yang keluar dari bumi, yang berupa tumbuhtumbuhan, tanam-tanaman dan buah-buahan serta benda yang berupa emas, perak, minyak bumi dan lain-lain sebagainya. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (al-An'am/6: 59) Allah mengetahui apa yang turun dari langit seperti hujan, malaikat dan amal perbuatan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut ini: Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataanperkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur. (Fathir/35: 10) Allah melihat segala perbuatan manusia di mana pun ia berada. Dia mengawasi manusia, mendengar perkataannya, mengetahui apaapa yang manusia sembunyikan dan yang tergerak dalam hatinya, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut ini: Sama saja (bagi Allah), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengannya; dan siapa yang bersembunyi pada malam hari dan yang berjalan pada siang hari. (ar-Ra'd/13: 10)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kerajaan langit dan bumi beserta segala yang berada pada keduanya adalah kepunyaanNya. Dialah yang mengatur keduanya dengan hikmat bijaksana dan keputusan-Nyalah yang berlaku atas keduanya sesuai dengan kehendak dan ketentuan-Nya, serta kepada-Nya semua makhluk dan segala urusan akan kembali. Sebagaimana firman-Nya di dalam ayatayat berikut ini: Dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu. (al-Lail/92: 13) Dan Allah berfirman: Dan Dialah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, segala puji bagi-Nya di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya segala penentuan dan kepada-Nya kamu dikembalikan. (al-Qasas/28: 70)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan yang dikehendaki-Nya. Kadang-kadang siang lebih panjang dari malam, kadang-kadang malam lebih panjang dari siang serta kadang-kadang sama panjangnya. Dijadikan-Nya musim panas, musim dingin, musim semi dan musim gugur, yang bermanfaat bagi hamba-Nya, dan sesuai dengan rencana-Nya. Dia-lah yang mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi sampai kepada benda yang paling kecil dan Dia juga mengetahui apa yang tergerak dalam hati dan keinginan hamba-Nya sebagaimana Ia dapat mengetahui perbuatan-perbuatan mereka yang baik dan yang buruk. Dengan ini Allah mendorong kita untuk berpikir secara mendalam dan teliti segala yang bermanfaat secara sungguh-sungguh lalu kemudian bersyukur atas karunia dan nikmat yang telah dianugerahkan-Nya yang memberikan keberuntungan bagi kita di dunia dan di akhirat.
Pada ayat ini Allah swt memerintahkan agar beriman kepadaNya dan rasul-Nya menafkahkan harta-harta yang mereka miliki, karena harta dan anak itu adalah titipan Allah pada seseorang, tentu saja pada suatu hari titipan tersebut akan diambil kembali. Syu'bah berkata, "Aku mendengar Qatadah menceritakan tentang Muththarif yang menemui Nabi saw, beliau membaca Surah atTakatsur, lalu berkata: Manusia berkata, "Hartaku, hartaku." Hartamu hanya yang telah engkau makan lalu habis, atau pakaian yang engkau pakai lalu menjadi usang, atau sesuatu yang engkau sedekahkan lalu menjadi kekal (tetap). Maka selain dari itu akan lenyap dan untuk orang lain. (Riwayat Muslim) Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah membenarkan rasul-Nya serta menginfakkan hartaharta yang jatuh menjadi milik dari peninggalan orang terdahulu, mereka ini akan mendapat pahala yang besar yang tidak pernah dilihat dan tergores di hati.
Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang yang tidak beriman dengan menyatakan, apakah alasan tidak beriman kepada Allah, sedangkan rasul-Nya berada di tengah-tengah kamu yang mengajakmu beriman dan mengesakan-Nya dengan mengemukakan bukti-bukti nyata. Mengenai keimanan manusia ini Nabi saw pernah bersabda: Menurut kalian, siapakah yang paling mengagumkan keimanannya? Mereka (para sahabat) menjawab, "Malaikat." Nabi bersabda, "Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka di sisi Tuhannya." Lalu mereka menjawab, "Para Nabi." Nabi menjawab, "Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka menerima wahyu." Lalu mereka berkata, "Kalau begitu, kamilah orangnya." Nabi menjawab, "Bagaimana mungkin kalian tidak akan beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian. Iman seseorang yang paling mengagumkan ialah mereka yang datang sesudah kalian, membaca Al-Qur'an dan mengimaninya." (Riwayat al-Bukhari) Selanjutnya Allah mencela orang-orang kafir, mengapa kamu tidak beriman, padahal Allah telah memperlihatkan bukti ketauhidan-Nya di alam semesta baik secara ratio maupun secara logika. Bumi, langit, laut, daratan dan semua ciptaan Allah yang kamu saksikan baik pada diri kamu maupun pada semua ciptaan-Nya adalah bukti yang nyata jika kamu benar-benar berpegang kepadaNya. Maksudnya adalah bukti wajib beriman kepada Allah dan RasulNya terdapat pada seluruh benda ciptaan-Nya serta para rasul telah membuktikan kebenaran dakwah mereka dan mukjizat-mukjizat, tetapi apa sebabnya lagi kamu tidak mau beriman?
Ayat ini menerangkan mengapa orang kafir tidak beriman padahal Allah telah mengutus rasul-Nya dengan membawa bukti yang nyata agar dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan, kekafiran kepada nur iman dan dari alam kesesatan kepada petunjuk. Dengan rahmat-Nya pula maka manusia diajak memikirkan keajaiban ciptaan-Nya agar keimanan semakin sempurna.
Setelah Allah mencela mereka karena tidak mau beriman, maka pada ayat ini Allah mencela mereka karena tidak mau berinfak di jalan-Nya. Mengapa manusia tidak mau membelanjakan harta yang dikaruniai Allah pada jalan-Nya, sedangkan hartanya itu akan kembali kepada Allah. Bila ia tidak menginfakkan pada jalan-Nya berarti ia tidak yakin bahwa semua harta tersebut pada hakikatnya milik Allah, karena langit dan bumi serta semua isinya akan kembali kepada-Nya.
Setelah Allah mencela mereka karena tidak mau beriman, maka pada ayat ini Allah mencela mereka karena tidak mau berinfak di jalan-Nya. Mengapa manusia tidak mau membelanjakan harta yang dikaruniai Allah pada jalan-Nya, sedangkan hartanya itu akan kembali kepada Allah. Bila ia tidak menginfakkan pada jalan-Nya berarti ia tidak yakin bahwa semua harta tersebut pada hakikatnya milik Allah, karena langit dan bumi serta semua isinya akan kembali kepada-Nya. Allah memerintahkan kepada manusia menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebelum mati, agar menjadi simpanan di sisi Allah. Hal yang demikian itu tidak dapat dilakukan manusia sesudah mati karena semua harta akan kembali kepada Allah Pemilik sekalian alam. Selanjutnya Allah swt menyatakan perbedaan derajat yang diperoleh orang-orang yang berinfak karena perbedaan kondisi dan situasi mereka dalam mengerjakannya. Bahwa derajat orang-orang yang berinfak dan hijrah sebelum pembebasan Mekah lebih tinggi dari derajat orang yang berinfak dan berhijrah sesudah itu, karena pada masa sebelum pembebasan Mekah manusia dalam keadaan susah dan selalu terancam. Tidak ada yang akan beriman dan berinfak kecuali orang-orang yang betul-betul sadar, tetapi sesudah pembebasan Mekah, Islam telah berkembang dan manusia berduyunduyun mengikutinya. Derajat mereka yang berjihad dan berinfak sebelum pembebasan Mekah lebih besar dari pahala yang diperoleh orang-orang yang berjihad dan berinfak sesudahnya. Qatadah berkata, "Ada dua jihad, yang satu lebih tinggi nilainya dari yang lain, dan ada dua macam infak yang satu lebih utama dari yang lain; jihad dan infak sebelum pembebasan Mekah lebih utama dari jihad dan infak sesudahnya." Tetapi walau bagaimanapun untuk masing-masing yang berjihad dan berinfak sebelum atau sesudah pembebasan Mekah ada pahalanya meskipun terdapat perbedaan antara besar dan kecil pahala tersebut. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya. Allah berfirman: Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (an-Nisa'/4: 95) Telah diriwayatkan, bahwa telah terjadi perselisihan kata antara Khalid bin al-Walid dengan 'Abdurrahman bin 'Auf, lalu Khalid berkata kepada Abdurrahman, "Kamu menganggap dirimu lebih mulia daripada kami, karena kamu lebih dahulu menjadi pengikut Nabi Muhammad saw daripada kami." Kemudian ucapan Khalid itu diketahui oleh Nabi, lalu beliau bersabda Biarkan aku yang menilai sahabat-sahabatku. Demi Allah, yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu menginfakkan emas sebesar bukit Uhud atau sebesar gunung tidak akan kamu mencapai pahala amal perbuatan mereka. (Riwayat Ahmad dari Anas) Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi Allah Tuhan yang nyawa Muhammad dalam kekuasaan-Nya, seandainya salah seorang dari kamu menginfakkan emas sebesar bukit Uhud, tidak akan ia mencapai satu mud yang mereka sedekahkan dan tidak pula separuhnya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri) Allah berfirman: Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surgasurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (atTaubah/9: 100) Sebagai penutup ayat ini, Allah memperingatkan bahwa Dia mengetahui semua keadaan manusia, lahir dan batin, karena itu Dia akan memberi balasan yang setimpal. Karena pengetahuan-Nya itu, maka Allah melebihkan pahala infak dan juga jihad sebelum pembebasan Mekah atas pahala infak dan berjihad sesudahnya, keikhlasan berinfak dan berjihad lebih berat dalam keadaan susah dan sulit. Dalam hal ini Abu Bakar adalah yang paling berbahagia karena beliau telah menafkahkan seluruh hartanya dalam rangka menuntut keridaan Allah semata. (11) Allah mengajak berinfak pada jalan-Nya serta menjanjikan kepada orang yang mau melakukannya. Siapa saja yang berinfak pada jalan Tuhannya dengan harapan mendapat pahala, maka Tuhannya akan melipatgandakan pahala infaknya itu dengan memberikan satu kebajikan menjadi tujuh ratus kali dan akan memperoleh balasan yang tidak terhingga di dalam surga. Ibnu Mas'ud berkata, "Ketika sebelum ayat ini turun, Abu Dahdah al-Ansari bertanya kepada Nabi saw. "Wahai Rasulullah, menurut pengertian saya, bahwa Allah sesungguhnya menghendaki pinjaman." "Ya, benar, hai Abu Dahdah," jawab Nabi Muhammad saw. "Ya Rasulullah ulurkanlah tanganmu," lalu dipegangnya tangan beliau sambil berkata, "Ya Rasulullah kebun kurma saya kupinjamkan kepada Allah. Di dalamnya ada tujuh ratus batang kurma dan tinggal di sana istri Abu Dahdah bersama anak-anaknya lalu dikatakannya kepada istrinya. "Keluarlah engkau dari kebun ini wahai istriku bersama anak-anakmu karena sesungguhnya aku telah meminjamkan kebun kita ini kepada Allah," istrinya menjawab, "Sungguh benar kabarmu hai Abu Dahdah." Lalu keluarlah istri dan anak-anaknya dari kebun itu. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda, "Alangkah banyaknya mata air di dalam surga kepunyaan Abu Dahdah."
Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang Mukmin akan memperoleh pahala yang besar di akhirat, yaitu diberikan cahaya di hadapan dan dikanannya sesuai kadar amal saleh yang dilakukan, yang mengantarkan ke surga. Dalam sebuah hadis disebutkan: Mereka menerima cahayanya sesuai dengan kadar amalannya. Mereka melewati as-sirath. Di antara mereka ada yang cahayanya sebesar gunung, ada pula yang sebesar pohon kurma, sedangkan cahaya yang paling kecil sebesar jari ibu, kadang menyala kadang padam. (Riwayat Ibnu Jarir, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqi) Mereka membersihkan jiwa mereka dengan tauhid dan beramal saleh, tidak mempersekutukan-Nya, sehingga kembali kepada-Nya dengan jiwa yang ikhlas serta menerima buku catatan amal perbuatan mereka dengan tangan kanan, sebagaimana Allah menyatakan dalam firman-Nya: Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (al-Insyiqaq/84: 7-9) Ketika itu malaikat berkata kepada orang Mukmin, "Bergembiralah kamu dengan memasuki surga yang mengalir di dalamnya sungai sebagai balasan yang setimpal dengan amal perbuatan kamu dan usaha kamu untuk menjauhkan diri dari syirik dan dosa, oleh karena zikirmu yang terus-menerus, maka berbahagialah kamu dalam amal perbuatanmu itu." Dalam ayat lain Allah menyatakan: (Yaitu) surga-surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasanganpasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan), "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (ar-Ra'd/13: 23-24) Sebagai penutup ayat ini, Allah menyatakan bahwa kehebatan hidup dalam surga yang keadaannya telah diketahui orang Mukmin adalah suatu kemenangan besar yang diidam-idamkan, setelah mereka bebas dari siksa Allah. (
Setelah Allah menyatakan keadaan orang-orang Mukmin pada hari Kiamat. Pada ayat ini Allah mengungkapkan bahwa orang-orang munafik pada hari Kiamat itu berseru kepada orang-orang beriman yang mendapatkan keridaan-Nya dan menjadi penghuni surga. "Tunggulah kami sehingga kita bersama menemui Allah serta biarkanlah mengambil sedikit dari cahaya kamu agar kami dapat keluar melalui sinar kamu dari azab yang pedih." Lalu permintaan ini dijawab dengan jawaban yang memutuskan harapan mereka serta menimbulkan kesedihan dan kesesalan, yaitu, "Tetaplah kamu di mana kamu berada, carilah di sana cahaya dan jangan mengharapkannya dari kami apa yang telah kami perbuat untuk diri kami dari amal saleh, karena tidak akan memberi manfaat bagi seseorang kecuali amal saleh sendiri." Yang demikian itu adalah olokan terhadap mereka sebagaimana mereka memperolok-olokkan orang-orang Mukmin semasa di dunia ketika mereka berkata: Kami beriman, padahal mereka tidak beriman. Inilah yang dikehendaki dengan firman-Nya; Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (al-Baqarah/2: 15) Maka untuk memberi balasan semua perbuatan mereka, ditetapkanlah bagian yang membatasi tempat orang-orang Mukmin dan orang-orang munafik. Bagian yang ditempati orang-orang Mukmin adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, sebaliknya bagian yang ditempati oleh orang-orang munafik adalah neraka yang dipenuhi siksa.
Kemudian pada ayat ini Allah menyatakan peristiwa yang dialami orang-orang munafik di akhirat nanti, yaitu mereka berseru kepada orang-orang Mukmin dan mengatakan, "Bukankah kami bersama-sama kamu semasa hidup di dunia?" Lalu orang-orang Mukmin menjawab, "Ya benar, kita sama-sama salat, berwukuf di Arafah, berperang dan mengerjakan kewajiban-kewajiban agama lainnya tetapi kamu berfoya-foya dengan kelezatan dan maksiat, ragu tentang hari kebangkitan, teperdaya oleh angan-angan sehingga kamu mengatakan bahwa dosa kamu akan diampuni Allah, karena bisikan setan yang mengatakan kepadamu bahwa Allah Maha Pengampun, dan Dia akan memaafkan dosa-dosamu." Maksudnya, sebenarnya kamu hai orang-orang munafik bersama kami di dunia hanya tubuhmu yang kasar saja, padahal jiwamu tidak bersama kami, tidak mempunyai ketegasan dalam pendirian maka kamu jarang sekali mengingat Allah."
Pada ayat ini Allah menjelaskan akibat tindakan orang-orang munafik. Mereka akan terus binasa dan tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari neraka, yaitu jika salah seorang dari mereka ingin menebus dirinya dari azab dengan tebusan berupa emas sepenuh bumi, tidak juga akan diterima. Mereka tetap dilempar di dalam neraka sebab tidak ada tempat yang lebih layak bagi mereka selain itu. Dan itulah tempat yang paling buruk.
Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orangorang Mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur'an Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil. Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka, sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh. Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaranajaran mereka yang asli. Sejalan dengan ayat ini firman Allah: (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma'idah/5: 13)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia yang menghidupkan bumi sesudah mati. Allah melembutkan hati yang keras, memberi petunjuk manusia yang sesat, menghilangkan kesukaran yang menimpa dengan penjelasan dan petunjuk Al-Qur'an dengan nasihat dan pengajaran yang dapat melembutkan batu yang keras yakni hati yang kesat, sebagaimana menghidupkan dan menyuburkan tanah yang gersang membatu dengan hujan yang lebat. Demikianlah Allah telah menjelaskan agar manusia itu dapat memikirkan dan mempergunakan akalnya dengan sebaik-baiknya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang membenarkan dan mempercayai Allah dan Rasul-Nya baik laki-laki dan perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik dengan jalan bersedekah dan mendermakan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, mengharap-harapkan rida-Nya semata-mata, tidak menghendaki balasan dan terima kasih, akan dilipatgandakan pembalasannya oleh Allah swt. Satu kebaikan yang dikerjakan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali, dan bagi mereka itu pahala yang banyak dan tempat tinggal yang baik yaitu Jannatun na'im di akhirat.
Allah swt menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dan mengakui keesaan Allah swt, membenarkan rasul-rasul-Nya, percaya kepada apa yang dibawa mereka dari sisi Tuhannya menurut penilaian Allah swt sederajat dengan orang-orang shiddiqin, yaitu orangorang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan orang-orang yang mati syahid di jalan Allah. Bagi mereka pahala yang banyak dan cahaya yang terang benderang menerangi mereka. Sejalan dengan itu firman Allah: Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orangorang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (an-Nisa'/4: 69) Adapun orang-orang kafir yang mendustakan alasan-alasan dan tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah swt dan kebesaran rasul-Nya, mereka itu adalah penghuni neraka Jahim, kekal dan abadi di dalamnya. Sejalan dengan ini firman Allah: Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (alBaqarah/2: 39)
Pada ayat ini Allah swt menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan kelakar antara mereka, serta perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. Mereka berbanggabangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepada mereka. Dunia yang sifatnya sementara, hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya. Keadaan ini tidak beda dengan bumi yang kena hujan lebat lalu menumbuhkan tanamantanaman yang mengagumkan para petani, menyebabkan mereka riang bermuka cerah dan merasa gembira. Kemudian berubah menjadi kering dan layu, hancur berguguran diterbangkan angin. Selanjutnya Allah swt menjelaskan bahwa di akhirat nanti ada azab pedih yang terus-menerus disediakan bagi orang-orang yang sangat mencintai dunia, meninggalkan amal-amal saleh, dan melibatkan dirinya ke dalam kemusyrikan dan penyembahan berhala. Di samping itu ada ampunan dari Allah dan keridaan-Nya yang dianugerahkan kepada orang-orang yang mensucikan dirinya dari dosa dan maksiat, merendahkan diri kepada Allah dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada segenap perintah dan laranganNya. Ayat 20 ini, ditutup dengan satu ketegasan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang akan lenyap dan hilang serta menipu. Orang-orang yang condong kepada dunia akan tertipu dan teperdaya. Mereka menyangka bahwa kehidupan hanyalah di dunia ini, dan tidak ada lagi kehidupan sesudahnya.
Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya manusia itu bersegera dan berlomba-lomba mengerjakan amal saleh untuk dapat memperoleh ampunan dari Allah dan mendapat surga di akhirat kelak, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman, kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mengakui keesaan Allah membenarkan rasul-rasul-Nya. Semua yang dipersiapkan Allah bagi mereka, adalah karunia, rahmat dan anugerah daripada-Nya. Di dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu shalih dari Abu Hurairah dijelaskan sebagai berikut: Fakir miskin dari kalangan Muhajirin mengeluh, "Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya telah membawa pergi pahala, derajat yang tinggi dan nikmat yang tiada hingga." Rasulullah bertanya, "Apa itu?" Fakir miskin Muhajirin menjawab, "Mereka (orang-orang kaya) salat sebagaimana kami salat, puasa sebagaimana kami puasa, tetapi mereka bersedekah sedangkan kami tidak, mereka memerdekakan budak sedangkan kami tidak (karena tidak mampu.)" Nabi menjawab, "Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang apabila diamalkan niscaya kalian mendahului orang-orang sesudahmu serta tidak ada seorang pun yang lebih mulia darimu kecuali seseorang yang mengerjakan amalan seperti amalan kalian, yakni membaca tasbih, takbir, tahmid, tiga puluh tiga kali setiap selesai salat. Abu shalih (perawi) berkata, "Kemudian fakir miskin Muhajirin itu kembali kepada Nabi seraya berkata, 'Saudara-saudara kita yang kaya itu telah mendengar amalan yang kita kerjakan lalu mereka mengamalkan apa yang kita amalkan. Lalu Nabi bersabda, 'Itu merupakan keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang ia kehendaki." (Riwayat Muslim dari Abu shalih dari Abu Hurairah) Ayat ini ditutup dengan ketegasan bahwa Allah itu amat luas pemberian-Nya dan besar karunia-Nya. Dia memberikan orang yang dikehendaki-Nya apa saja menurut kehendak-Nya; dilapangkan rezekinya di dunia, dianugerahi bermacam-macam nikmat, diberitahu di mana ia harus bersyukur, kemudian dibalas di akhirat dengan balasan yang menyenangkan yaitu surga Jannatun Na'im.
Ayat ini menerangkan bahwa semua bencana dan malapetaka yang menimpa permukaan bumi, seperti gempa bumi, banjir dan bencana alam yang lain serta bencana yang menimpa manusia, seperti kecelakaan, penyakit dan sebagainya telah ditetapkan akan terjadi sebelumnya dan tertulis di Lauh Mahfudz, sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya. Hal ini berarti tidak ada suatu pun yang terjadi di alam ini yang luput dari pengetahuan Allah dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz. Menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi itu adalah sangat mudah bagi Allah, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah ada maupun yang akan ada nanti, baik yang besar maupun yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak. Ayat ini merupakan peringatan sebagian kaum Muslimin yang masih percaya kepada tenung, suka meminta sesuatu kepada kuburan yang dianggap keramat, menanyakan sesuatu yang akan terjadi kepada dukun dan sebagainya. Hendaklah mereka hanya percaya kepada Allah saja, karena hanyalah Dia yang menentukan segala sesuatu. Mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaib, selain dari kekuasaan Allah termasuk memperserikatkan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya dan berarti tidak percaya kepada tauhid rububiyyah yang ada pada Allah. (
Pada ayat ini Allah swt menyatakan bahwa semua peristiwa itu ditetapkan sebelum terjadinya, agar manusia bersabar menerima cobaan Allah. Cobaan Allah itu adakalanya berupa kesengsaraan dan malapetaka, adakalanya berupa kesenangan dan kegembiraan. Karena itu janganlah terlalu bersedih hati menerima kesengsaraan dan malapetaka yang menimpa diri, sebaliknya jangan pula terlalu bersenang hati dan bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hati. Sikap yang paling baik ialah sabar dalam menerima bencana dan malapetaka yang menimpa serta bersyukur kepada Allah atas setiap menerima nikmat yang dianugerahkan-Nya. Ayat ini bukan untuk melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati, tetapi maksudnya ialah melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati dengan berlebih-lebihan. 'Ikrimah berkata, "Tidak ada seorang pun melainkan ia dalam keadaan sedih dan gembira, tetapi hendaklah ia menjadikan kegembiraan itu sebagai tanda bersyukur kepada Allah dan kesedihan itu sebagai tanda bersabar." Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa orang yang terlalu bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hatinya dan terlalu bersedih hati menerima bencana yang menimpanya adalah orang yang pada dirinya terdapat tanda-tanda tabkhil dan angkuh, seakan-akan ia hanya memikirkan kepentingan dirinya saja. Allah swt menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang mempunyai sifat-sifat bakhil dan angkuh.
Orang-orang yang mempunyai sifat sombong dan angkuh adalah orang yang bila memperoleh suatu nikmat, kesenangan atau harta, maka ia berpendapat bahwa semuanya itu diperolehnya semata-mata karena kesanggupan dan kepandaiannya sendiri. Karena berusaha, maka ia memperolehnya, bukan karena pertolongan dan anugerah Allah kepadanya. Kemudian setan membisik-bisikkan ketelinganya bahwa ia adalah orang-orang yang kuat dan mampu, tidak memerlukan pertolongan orang lain. Karena yakin akan kemampuan dirinya itu, ia merasa tidak mengindahkan orang lain dan memberi orang lain. Jika ia memberi dan mengindahkan orang lain ia akan menjadi miskin. Keyakinan itu disampaikan pula kepada orang lain dan menganjurkan orang lain berkeyakinan sepertinya pula, yaitu berlaku kikir agar tidak menjadi miskin. Pada ayat ini ditegaskan bahwa orang yang mempunyai sifat-sifat seperti di atas adalah orang-orang yang berpaling dari perintahperintah Allah. Allah memerintahkan agar manusia bersifat rendah hati, suka menolong sesamanya, membantu fakir miskin, berinfak di jalan Allah dan sebagainya, tetapi mereka menganjurkan dan berbuat sebaliknya. Allah menyatakan bahwa sikap dan tindakan mereka yang demikian itu tidak akan merugikan Allah sedikit pun, melainkan akan merugikan diri mereka sendiri, karena Allah tidak memerlukan sedikit pun harta dan pemberian mereka, tetapi merekalah yang memerlukannya. Allah Maha Terpuji karena Dialah yang melimpahkan nikmat kepada seluruh makhluk-Nya. Ayat lain yang sama artinya dengan ayat ini, ialah: Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji. (an-Nisa'/4: 131)
Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus para rasul kepada umat-umat-Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para rasul. Di antara mukjizat tersebut seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim, mimpi yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf, tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa, Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagainya. Setiap rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an. Ajaran agama itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar untuk mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan itu wajib ditegakkan oleh para rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu Allah swt menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraaan perang dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama-Nya, menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. Sebuah ensiklopedia sains modern menggambarkan unsur-unsur kimia yang ada di bumi kita ini mempunyai variasi yang menakjubkan, beberapa di antaranya susah ditemukan tapi ada juga yang berlimpah. Ada yang dapat dilihat oleh mata telanjang karena berbentuk cairan dan padatan, tetapi ada juga yang tak tampak karena berupa gas. Sekitar 300 tahun yang lalu hanya 12 unsur yang diketahui di antaranya adalah unsur Ferrum (Fe) yang bernomor atom 26 pada Tabel Susunan Berkala Unsur-Unsur. Fe ini lebih dikenal dengan sebutan besi. Besi merupakan salah satu unsur paling mudah ditemukan di Bumi. Diperkirakan 5% daripada kerak Bumi adalah besi. Kebanyakan besi ditemukan dalam bentuk oksida besi, seperti bahan galian hematit, magnetit dan takonit. Juga diduga keras permukaaan bumi banyak mengandung aloi logam besi-nikel. Konon unsur besi bukan unsur asli "kepunyaan" bumi tapi ia berasal dari luar bumi. Para pakar sependapat bahwa meteorit turut andil dalam pembentukan aloi besi-nikel yang ada di bumi. Barangkali, inilah "cara" Allah mendatangkan" unsur besi ke permukaan bumi jauh sebelum manusia ada. Pada umumnya besi adalah logam yang diperoleh dari bijih besi, dan dijumpai bukan dalam keadaan bebas tetapi selalu dalam bentuk senyawa atau campuran dengan unsur-unsur yang lain. Karenanya untuk mendapatkan unsur besi, unsur lain harus dipisahkan yang biasanya dilakukan melalui proses kimia. Seperti dalam industri besi baja, besi banyak digunakan yakni dalam bentuk logam campuran (aloi). Jenis campuran ada yang terdiri dari logam-logam yang berlainan tetapi ada juga bahan campuran yang digunakan berasal dari nonlogam, misalnya karbon. Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan dengan pertimbangan untuk menekan biaya produksi. Sifat fisis unsur Fe jika dipanaskan terus menerus maka sebelum mencair ia akan mengalami fasa pelelehan. Fasa dimana besi dalam keadaan padat tapi ia memiliki sifat lunak. Karenanya pada fasa atau keadaan ini besi mudah dibentuk walaupun hanya dengan menggunakan teknologi tradisional yang sederhana seperti teknologi pandai besi (black-smith). Dengan teknologi yang sederhana tadi maka dalam sejarah perkembangan manusia pemanfaatan besi telah digunakan banyak dalam aspek kehidupan manusia sehari-hari, termasuk juga untuk perang. Sayyid Quthub dalam tulisannya menguraikan, "Allah menurunkan besi ' ¦yang padanya terdapat kekuatan yang hebat¦, yaitu kekuatan dalam perang dan damai. Kemudian '¦Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasulrasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya¦ Penggalan ini mengisyaratkan jihad dengan senjata. Sebuah penyajian yang selaras dengan konteks surah yang tengah membicarakan pengorbanan dengan jiwa dan harta." Dalam pengetahuan biologi maka unsur besi (Fe) dalam bentuk zat besi juga amat dibutuhkan oleh semua makhluk organik, kecuali bagi sebagian kecil bakteria. Seperti dalam tubuh kita zat besi sangat diperlukan. Dalam tubuh manusia besi kebanyakan ditemukan dalam bentuk logamprotein (metalloprotein) yang stabil, jika tidak maka ia dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas yang cenderung menjadi racun bagi sel. Dalam tubuh manusia zat besi terlibat dalam pembentukan sel“ sel darah merah. Sementara sel-sel darah merah sangat penting keberadaannya karena dialah yang membawa zat asam (oksigen) dari paru-paru ke seluruh jaringan-jaringan yang ada dalam tubuh kita. Jaringan hidup memerlukan persediaan zat asam. Lebih giat suatu jaringan maka semakin banyak ia membutuhkan zat asam. Kekurangan zat besi dalam darah dapat menyebabkan anemia, mungkin jumlah sel darah merahnya atau karena hemoglogin (bahan yang berisi zat besi berwarna merah yang dapat mengangkut zat asam) dalam sel darah merah berkurang dari biasanya. Allah swt menerangkan bahwa Dia berbuat yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para rasul yang diutus-Nya dan siapa yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah ingin menguji manusia dan mengetahui sikap manusia terhadap nikmat-Nya. Manusia yang taat dan tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para rasul itu, karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya. Pada akhir ayat ini Allah swt menegaskan kepada manusia bahwa Dia Mahakuat, tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, bahwa Dia Mahaperkasa dan tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan-Nya.
Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus Nuh sebagai rasul kepada kaumnya, kemudian Dia mengutus Ibrahim sebagai rasul kepada kaum yang lain. Diterangkan pula bahwa para rasul yang datang kemudian setelah kedua orang rasul itu, semuanya berasal dari keturunan mereka berdua, tidak ada seorang pun daripada rasul yang diutus Allah yang bukan dari keturunan mereka berdua. Hal ini dapat dibuktikan kebenarannya sampai kepada rasul terakhir Nabi Muhammad saw. Diterangkan bahwa tidak semua keturunan Nuh dan Ibrahim beriman kepada Allah, di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman, mereka adalah orang-orang yang fasik, yang mengurangi, menambah dan mengubah agama yang dibawa oleh para rasul sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka. Dari ayat ini dipahami bahwa belum tentu seseorang hamba yang saleh kemudian anaknya menjadi hamba yang saleh pula, tetapi banyak tergantung kepada bagaimana cara seseorang mendidik dan membesarkan anaknya. Ayat ini juga merupakan peringatan keras dari Allah kepada orang-orang yang telah beriman dan mengikuti para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi mereka tidak mengikuti ajaran yang dibawa para rasul itu.
Demikianlah Allah mengutus para rasul, kemudian diiringi pula oleh rasul-rasul yang sesudahnya, untuk menyampaikan agamaNya kepada manusia, sehingga tidak ada alasan bagi manusia di akhirat untuk mengatakan, mengapa mereka diazab padahal kepada mereka tidak diutus seorang rasul pun. Dalam ayat ini Allah mengkhususkan keterangan tentang Isa karena banyak pengikut-pengikutnya yang fasik, yaitu mengubahubah, menambah dan mengurangi ajaran-ajaran yang disampaikan Isa. Diterangkan bahwa Isa adalah putra Maryam, diberikan kepadanya Kitab Injil, berisi pokok ajaran yang agar dijadikan petunjuk oleh kaumnya dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan sebagai penyempurnaan ajaran Allah yang terdapat dalam kitab Taurat yang telah diturunkan kepada Nabi Musa sebelumnya. Kemudian diterangkan sifat-sifat pengikut Nabi Isa: 1. Allah swt menjadikan dalam hati mereka rasa saling menyantuni sesama mereka, mereka berusaha menghindarkan kebinasaan yang datang kepada mereka dan saudara-saudara mereka serta berusaha memperbaiki kebinasaan yang terjadi pada mereka. 2. Antara sesama mereka terdapat hubungan kasih sayang dan menginginkan kebaikan pada diri mereka. Sekalipun mereka telah mempunyai sifat-sifat terpuji dan baik seperti yang diajarkan Nabi Isa, tetapi mereka melakukan kefasikan, yaitu mengada-adakan rahbaniyyah, dengan menetapkan ketentuan larangan kawin bagi pendeta-pendeta mereka, padahal perkawinan termasuk sunah Allah yang ditetapkan bagi makhluk-Nya. Mereka menetapkan rabbaniyah itu dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, tetapi Allah tidak pernah menetapkannya. Karena itu mereka adalah orang yang suka mengada-adakan sesuatu yang bertentangan dengan sunatullah, yaitu tidak mensyariatkan perkawinan bagi pendeta-pendeta mereka yang tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan menjaga kelangsungan hidup manusia. Perbuatan fasik lain yang mereka lakukan, ialah mereka telah mengubah, menambah dan mengurangi agama yang dibawa Nabi Isa, yang terdapat dalam Injil, karena memperturutkan hawa nafsu mereka. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan memberikan pahala yang berlipat-ganda kepada orang-orang yang beriman, mengikuti syariat yang dibawa para rasul, tidak mengadaadakan yang bukan-bukan dan tidak pula menambah dan mengubah kitab-kitab-Nya. Sedang kepada orang-orang fasik itu akan ditimpakan azab yang sangat berat.
Allah swt memerintahkan kepada Bani Israil yang telah beriman kepada Isa bin Maryam sebagai rasul dan utusan-Nya agar beriman kepada Muhammad saw yang datang sesudah itu, mengikuti perintah-perintah dan menghentikan larangan-larangan-Nya yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadis. Perintah ini pada hakikatnya menguatkan perintah Allah yang terdapat dalam Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa. Jika Bani Israil mengikuti perintah Allah swt, maka Allah menjanjikan kepada mereka pahala dua kali lipat dari pahala yang akan diterima orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw saja. Di samping itu akan mengampuni dosa-dosa mereka, karena Dia mengampuni dosa-dosa orang-orang yang dikehendakiNya. Jika yang dijanjikan Allah kepada pengikut Nabi Isa dan mereka beriman pula kepada Muhammad ialah: 1. Mereka akan dianugerahi pahala dua kali lipat. 2. Mereka akan diterangi cahaya petunjuk dalam menghadapi kesengsaraan dan malapetaka di hari Kiamat dan dalam menuju surga yang penuh kenikmatan. 3. Allah swt mengampuni dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Dalam hadis di bawah ini diterangkan orang-orang yang akan memperoleh pahala dua kali lipat, yaitu: Diriwayatkan oleh asy- Sya'biy dari Abu Burdah dari bapaknya Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Tiga macam orang yang diberi pahala dua kali lipat, yaitu ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman pula kepadaku, maka baginya dua pahala, dan budak yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya maka baginya dua pahala, dan orang yang mendidik budak perempuannya dengan baik kemudian dimerdekakan dan dikawini, maka baginya dua pahala pula." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Pada ayat ini Allah menolak pendapat Bani Israil yang mengatakan bahwa rasul-rasul dan nabi-nabi itu hanyalah diangkat dari keturunan mereka saja. Allah mengangkat Nabi Muhammad saw bukan dari keturunan Bani Israil, agar mereka mengetahui bahwa hanya Dia yang menentukan segala sesuatu dan yang akan memperoleh pahala dua kali lipat itu hanyalah ahli kitab yang beriman kepada Muhammad saw saja, jika mereka tidak beriman kepada Nabi Muhammad saw mereka tidak akan mendapat pahala sedikit pun. Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia mempunyai karunia yang tidak terhingga banyaknya, yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.