Allah menyatakan bahwa hari Kiamat hampir datang, pada waktu kehidupan dunia akan berakhir. Dalam ayat lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman: Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. (an-Nahl/16: 1) Allah berfirman: Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). (al-Anbiya'/21: 1) Pada waktu itu bulan akan pecah bercerai-berai akibat penyimpangan dari peredarannya, sebagaimana diutarakan dalam ayat-ayat yang lain yang bersamaan maksudnya: Apabila langit terbelah. (al-Insyiqaq/84: 1) Dan firman-Nya: Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (at-Takwir/81: 1-2) Banyak lagi ayat lain yang menunjukkan kejadian yang sangat dahsyat yang akan terjadi ketika hancurnya alam ini dengan tibanya hari Kiamat. Kebanyakan mufasir berpendapat bahwa kejadian tersebut pada ayat pertama telah terjadi dan bulan telah terbelah dua pada masa Nabi Muhammad saw, lima tahun sebelum beliau hijrah. Menurut hadis yang diriwayatkan al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Jarir dari Anas bin Malik bahwa penduduk Mekah meminta kepada Nabi Muhammad saw, agar mengemukakan suatu mukjizat sebagai bukti kerasulannya, maka Allah memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah dua, sehingga mereka melihat "Jabal Nur" berada di antara dua belahan bulan tersebut. Diriwayatkan pula dari Sahih alBukhari, Muslim dan para perawi-perawi hadis lainnya dari Ibnu Mas'ud bahwa: "Bulan telah terbelah pada masa Nabi Muhammad saw, menjadi dua belah, sebelah berada di atas bukit dan yang lain berada di bawahnya, seraya Nabi Muhammad saw berseru, "Saksikanlah!" Abu Dawud meriwayatkan pula bahwa, "Telah terjadi pembelahan bulan pada masa Nabi Muhammad saw, maka orang-orang Quraisy berkata, "Ini adalah sihir anak Abu Kabsyah." Lalu seorang dari mereka berkata, "Tunggulah dahulu berita yang dibawa oleh para musafir yang tiba, karena Muhammad saw tak sanggup mensihirkan semua manusia." Lalu tibalah para musafir membawa berita kejadian tersebut. Lalu dalam riwayat al-Baihaqi terdapat tambahan, "Lalu mereka bertanya kepada para musafir yang berdatangan dari semua penjuru, jawaban mereka, "Sungguh kami telah melihatnya," lalu Allah menurunkan ayat ini, "Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan." Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang terbelahnya bulan. Sebagian berpendapat bahwa bulan itu memang telah terbelah pada masa Nabi sebagai bagian dari mukjizatnya. Tetapi sebagian mufasir berpendapat bulan pasti terbelah bukan terjadi pada masa nabi, tetapi akan terjadi nanti pada saat hari Kiamat. Hal ini disebabkan karena hilangnya keseimbangan daya tarik menarik antar planet. (
Kaum musyrik melihat suatu bukti tentang kebenaran kerasulan Muhammad, maka mereka berpaling dan mendustakan serta mengingkarinya sambil berkata bahwa, "Ini adalah sihir yang memesonakan kita yang akan terus-menerus dilakukannya." Demikianlah jika memang tidak ada iman, maka meskipun pikirannya dapat menerima kebenaran Al-Qur'an dan secara empirik terlihat pada perbuatan dan perilaku Nabi yang membuktikan kerasulan beliau, tetapi mereka tetap ingkar pada kebenaran yang ada di depan mata mereka. (
Kaum musyrik mendustakan kebenaran yang disampaikan kepada mereka oleh Nabi Muhammad saw, dan mengikuti hawa nafsu karena kebodohan mereka. Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa sesuatu itu akan berhenti pada sasaran yang telah ditetapkan, sesuai dengan ketetapan Allah. Karena itu persoalan orang-orang musyrik akan berhenti pada kehinaan di dunia dan azab yang kekal di akhirat, sedang persoalanmu hai Muhammad saw akan berhenti pada kemenangan di dunia dan surga di akhirat
Kaum musyrik yang mendustakan kerasulan Muhammad dan mengikuti hawa nafsu, telah mengetahui beberapa kisah tentang umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, sehingga Allah menurunkan azab kepada mereka, sebagaimana tersebut dalam AlQur'an. Namun kisah-kisah itu tidak berkesan di hati mereka dan tidak dapat mencegah kekafiran, lalu Allah membinasakan mereka, sedang di akhirat nanti akan disiksa sesuai dengan perbuatan syirik yang telah menghiasi jiwa mereka.
Kisah tersebut mengandung hikmah yang sangat tinggi nilainya dalam memberi petunjuk bagi manusia kepada jalan yang benar, tetapi hikmah dan peringatan yang terkandung dalam kisahkisah itu tidak berguna lagi bagi mereka karena hati nurani mereka telah terkunci mati. Firman Allah: Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (Yunus/10: 101)
Allah memerintahkan rasul-Nya agar tidak mengadakan perdebatan dengan kaum musyrik, karena tidak ada faedahnya. Sebab itu hendaklah berpaling dari mereka, pendusta-pendusta itu. Karena mereka sudah sampai ke tingkat tidak mau tunduk kepada bukti dan kebenaran, maka sudah pantas bagimu tidak memberi nasihat kepada mereka lagi. Allah mengetahui bahwa Rasulullah saw tidak bosan terhadap persoalan mereka dan jengkel karena kecongkakannya. Allah mengingatkan kepada manusia bahwa akan terjadi hari kebangkitan, yang hari itu malaikat akan memanggil manusia datang ke suatu tempat yang sangat berbahaya dan dibenci oleh kaum musyrik, yaitu Padang Mahsyar.
Mereka akan keluar dari kubur dalam keadaan pandangan mereka tunduk, karena tidak sanggup memandang kedahsyatan yang terjadi pada hari itu, dan ketika mereka bersama-sama keluar dari kubur, tergopoh-gopoh menuju ke tempat perhitungan amal sesuai dengan panggilan, laksana belalang-belalang yang beterbangan di udara. Dalam ayat lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman: Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan. (alQari'ah/101: 4)
Mereka segera datang memenuhi seruan, tidak ada yang menentang seruan itu, tidak ada pula yang terlambat memenuhinya, seraya mereka berkata, "Ini adalah hari yang sangat berbahaya dan tempat yang mencelakakan." Firman Allah: Maka itulah hari yang serba sulit, bagi orang-orang kafir tidak mudah. (al-Muddatstsir/74: 9-10)
Sebelum umat Nabi Muhammad saw, kaum Nuh telah terlebih dahulu mendustakan kerasulan Nabi Nuh. Mereka mendustakan kerasulan Nabi Nuh bahkan mereka menuduhnya gila serta mengancam dan menakut-nakuti Nabi Nuh supaya menghentikan dakwahnya, jika tidak mereka akan merajamnya.
Nabi Nuh berdoa kepada Allah swt bahwa ia tidak berdaya menghadapi ancaman kaumnya, dan memohon kepada Allah agar menolongnya. Doa Nabi Nuh terdapat dalam Surah Nuh/71: 26-28, bahwa Nabi Nuh memohon kepada Allah agar orang kafir dihancurkan, karena mereka hanya akan menyesatkan manusia dan akan melahirkan orang-orang durhaka dan kafir. Di samping itu Nabi Nuh juga memohon ampunan bagi kedua orangtua dan orang-orang yang beriman. Hal ini dilakukan setelah Nabi Nuh mengetahui keingkaran mereka dan hampir lelahnya Nabi Nuh dalam menyampaikan dakwahnya. Firman Allah: Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur. Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran." (Nuh/71: 26-28)
Allah mengabulkan doa Nabi Nuh dengan mencurahkan air yang banyak dari langit dan berlangsung bertahun-tahun.
Disamping itu dari dalam bumi, Allah memancarkan sumber mata air di permukaannya, lalu bertemulah dua air tersebut, yaitu air yang diturunkan dari langit dan air yang dipancarkan dari bumi, terjadilah banjir yang besar sebagaimana yang sudah ditentukan Allah. Ayat ini menguraikan mengenai peristiwa air bah pada masa Nabi Nuh. Akan tetapi, apabila penggalan kata-kata pertama dalam kalimat di atas, dan dikaitkan dengan pernyataan dalam ayat sebelumnya, maka keduanya akan memperlihatkan siklus air. Penggalan mengenai siklus air ini menjelaskan tentang turunnya air hujan dan bumi mengeluarkannya lagi dalam bentuk mata air.
Allah menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir besar dengan memerintahkan Nuh beserta pengikutnya naik ke kapal besar yang terbuat dari papan-papan yang dipaku yang telah disiapkan sebelumnya. Maksud ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah al-'Ankabut: Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu. (al-'Ankabut/29: 15)
Meskipun topan sangat dahsyat disertai hujan yang sangat lebat dan gelombang air laksana gunung besarnya, kapal itu berlayar dengan selamat berjalan di bawah pengawasan Allah sebagai balasan doanya, sebagaimana diinformasikan dalam ayat lain. Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, "Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir." (Hud/11: 42)
Peristiwa bencana buat kaum Nuh dijadikan Allah sebagai pelajaran bagi manusia sepanjang masa. Sehingga mereka dapat membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan yang mendustakan terhadap rasul-rasul Allah. Bahtera tersebut mendarat di bukit "Judi." (Nama Gunung di daerah Kurdistan) Dan difirmankan, "Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah." Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, "Binasalah orang-orang zalim." (Hud/11: 44) Dalam ayat lain peristiwa itu dinyatakan: Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal, agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12) Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah bertanya, "masih adakah orang-orang yang mau mengingat dan merenungkan peristiwa itu untuk dijadikan pelajaran." Artinya peristiwa itu perlu direnungkan dan diingat sepanjang masa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Allah memperingatkan orang yang membangkang dan mendustakan para rasul serta tidak mengambil iktibar terhadap dahsyatnya siksaan Tuhan dan ancaman-ancamannya yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak mengindahkan seruan para rasul
Allah yang menurunkan Al-Qur'an yang mudah dibaca dan difahami untuk dijadikan pelajaran bagi orang yang mau menjadikan pelajaran, karena itu hendaknya manusia mengimaninya dan menjalankannya. Dalam ayat lain dinyatakan bahwa Al-Qur'an hanya bermanfaat bagi orang yang beriman, karena mereka menjalankannya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang Mukmin. (adh-dzariyat/51: 55) Dan seperti firman-Nya: Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. (shad/38: 29) Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur'an) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang. (Maryam/19: 97) Al-Qur'an itu mudah difahami dan dijalankan, karena Nabi saw menjelaskan dan mencontohkan pelaksanaannya. Isi Al-Qur'an adalah kabar gembira bagi yang takwa dan peringatan bagi yang membangkang, karena itu hendaknya manusia menjadi orang yang takwa dengan menjalankannya dan tidak mengingkarinya, karena akan menjadi orang yang merugi.
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa kaum 'Ad memandang nabi mereka dan risalah yang ia bawa untuk mereka adalah bohong. Kepada kaum yang mendustakan para rasul itu Allah telah menyampaikan peringatan dan menurunkan azab yang sangat dahsyat. Hal tersebut hendaknya dijadikan iktibar oleh orang-orang yang datang kemudian.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah melepaskan topan yang amat dahsyat menderu-deru. Hal tersebut merupakan azab Allah kepada kaum 'Ad di kala bergelimangan dosa dan durhaka. Peristiwa ini terjadi selama tujuh malam delapan hari terus-menerus sebagaimana diinformasikan dalam ayat lain: Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas. (Fussilat/41: 16) Dan firman-Nya: Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus. (al-haqqah/69: 7)
Pada ayat ini dinyatakan bahwa angin itu melemparkan mereka kemudian menghempaskan mereka ke bawah dengan kepala lebih dahulu karena begitu kerasnya kepala mereka terpenggal dan tubuh mereka bergelimangan bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang berserakan karena tercabut oleh badai. Demikianlah dahsyatnya badai itu yang dapat menumbangkan tubuh mereka yang besar-besar sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. (ar-Rum/30: 9)
Allah kembali menyatakan, betapa hebat azab-Nya dan peringatan-Nya. Pernyataan itu menunjukkan bahwa Allah sendiri memandang peristiwa tersebut hebat sekali. Dalam ayat yang lain memang disebutkan bahwa azab Allah sangat hebat: Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan azab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan. (Fussilat/41: 16)
Allah juga kembali menegaskan bahwa Al-Qur'an mudah dipahami dan diambil sebagai peringatan karena Allah menyampaikan contoh yang gamblang di dalamnya, karena itu manusia seharusnya mengimaninya dalam menjalankan ajaranajaran yang terdapat di dalamnya supaya mereka bahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum Samud menganggap dusta peringatan-peringatan yang disampaikan nabi mereka Nabi Saleh, yaitu mentauhidkan Allah, iman kepada rasul dan hari Kiamat.
Mereka memandang Nabi Saleh dusta, karena dalam pandangan mereka, tidak mungkin ajaran baru yang diajarkan satu orang lebih benar dari ajaran yang telah diikuti oleh semua orang dan telah diterima semenjak nenek moyang mereka. Mereka memandang bahwa mengikuti satu orang yang membawa ajaran yang lain dari ajaran yang mereka terima sejak nenek moyang akan membuat sesat dan gila.
Selanjutnya mereka berdalih bahwa tidak mungkin wahyu itu diturunkan kepada seseorang yaitu Nabi Saleh sedang ia manusia biasa. Mengapa wahyu tidak diturunkan kepada pemimpin mereka yang berkuasa, disegani, berharta, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam pandangan mereka Nabi Saleh bohong dan hanya menyombongkan diri. (
Allah membantah dengan keras pandangan mereka dengan menyatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan mengetahui siapa sebenarnya yang bohong dan sombon
Allah menerangkan bahwa ia memenuhi permintaan mereka untuk menjelmakan seekor unta betina dari sebuah batu besar sesuai permintaan mereka, sebagai mukjizat Nabi Saleh. Mereka meminta mukjizat seperti itu karena mereka terkenal sebagai pemahat batu yang hebat dan gunung-gunung batu sebagai tempat tinggal mereka. Unta betina yang dijelmakan dari batu gunung itu dijadikan Allah sebagai ujian bagi umat Nabi Saleh. Tempat mereka tinggal itu sekarang dekat Mada'in, suatu daerah antara Hijaz dan Syiria. Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan Nabi Saleh untuk menunggu apa yang akan mereka lakukan, apakah beriman atau mereka tetap kafir. Dan supaya Nabi Saleh bersabar terhadap gangguan-gangguan mereka sampai datang ketentuan Allah, karena Allah tetap membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan.
Allah memerintahkan Nabi Saleh supaya memberitahukan kepada kaumnya tentang pembagian air sumur antara mereka dan unta, yaitu sehari untuk unta betina dan sehari untuk mereka. Masing-masing datang menurut gilirannya untuk mengambil air sumur itu. (
Allah menerangkan bahwa akhirnya kaum Samud keberatan atas pembagian seperti itu dan ingin membunuh unta. Mereka lalu memanggil seorang warga mereka yang terkenal sangat kejam, namanya Kudar bin Salif dan mencincang unta tersebut.
Allah kembali menerangkan bagaimana hebatnya azab Allah dan ancaman-ancamannya-Nya. Mereka telah diperingatkan ancaman dan bencana, tetapi mereka tidak menghiraukannya
Azab pada ayat ini adalah saihah. Sebagaimana sudah diterangkan dalam kosakata Surah Hud/11: 67, saihah adalah rajfah (gempa hebat) dan saiqah (petir yang menyambar). Dengan demikian azab yang mereka terima adalah petir yang menggelegar disertai gempa yang dahsyat. Petir itu menghanguskan tubuh mereka sehingga mati terbakar dan kering bagaikan rerumputan yang mati kering karena kekeringan. (
Demikianlah penjelasan Al-Qur'an mengenai umat terdahulu. Penjelasan itu lugas, semoga siapapun mau mengambilnya menjadi pelajaran untuk beriman.
Kisah itu dimulai untuk menghukum mereka. Allah menerangkan bahwa kaum Lut juga telah menganggap peringatan-peringatan Allah yang disampaikan-Nya melalui Nabi Lut, bohong. Peringatan-peringatan itu adalah agar mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan kotor yang mereka lakukan yaitu hubungan kelamin sesama laki-laki.
Allah mengirimkan mereka angin puting beliung yang menerbangkan batu-batu lalu menghempaskan kepala mereka sehingga mereka binasa, yang selamat hanya keluarga Nabi Lut yaitu orang-orang yang beriman kepadanya. Karena diperintahkan Allah mereka lebih dahulu keluar dari negeri mereka pada dini hari sebelum fajar.
Penyelamatan itu merupakan nikmat dari Allah kepada orang-orang yang beriman tersebut. Nikmat itu berupa keselamatan mereka dari azab tersebut. Demikianlah hukum Allah, bahwa Dia senantiasa memberikan nikmat kepada orang-orang yang bersyukur dan patuh menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan menghukum orang yang membangkang.
Hukuman terhadap mereka yang membangkang pantas dijatuhkan karena Allah melalui Nabi Lut telah memberi peringatan kepada mereka tetapi mereka tidak memperdulikannya, mereka terus melakukan perbuatan hubungan kelamin sesama laki-laki.
Kejahatan mereka sampai ke puncaknya ketika yang mereka minta dari Nabi Lut agar menyerahkan kepada mereka, tamu-tamunya. Tamu-tamu itu adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai pemuda-pemuda ganteng untuk menguji mereka. Mereka mengetahui tamu-tamu itu karena pengkhianatan istri Lut yang menyampaikan kepada mereka berita kedatangannya. Ketika Nabi Lut melihat mereka datang, ia menutup pintu untuk melindungi tamu-tamunya, dan menawarkan kepada mereka "anakanak perempuannya." Namun mereka tidak tertarik pada anak-anak perempuannya itu dan berusaha mendobrak pintu. Akhirnya Nabi Lut membukakan pintu. Begitu mereka masuk, mata mereka menjadi buta tidak dapat melihat tamu-tamu tersebut karena ditampar oleh Jibril dengan sayapnya. Pada akhir ayat ini Allah menyatakan kepada mereka supaya mereka merasakan azab-Nya berupa kebutaan mata mereka, yang sebelumnya kepada mereka telah diberi ancaman.
Pada pagi harinya, azab pun datang. Mereka dihujani batu oleh Allah sehingga mereka dan negerinya terkubur habis. Nabi Lut sendiri beserta keluarga yaitu kedua putrinya dan mereka yang beriman sudah diperintahkan keluar dari negeri itu sebelum fajar sehingga mereka selamat.
Demikianlah azab Allah terhadap kaum Nabi Lut. Kedahsyatan azab itu harus mereka rasakan karena mereka tidak mau memperhatikan peringatan-peringatan Allah melalui nabi-Nya. Peringatan-peringatan Allah pasti terjadi, karena itu tidak boleh diabaikan.
Tafsir ayat ini sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat 32 surah ini yang selalu dijadikan penutup dari masing-masing empat kisah tersebut (yaitu kisah kaum Nuh, kisah kaum 'Ad, kisah kaum Samud dan kisah kaum Lut). Allah juga kembali menegaskan bahwa Al-Qur'an mudah dipahami dan diambil sebagai peringatan karena Allah menyampaikan contoh yang gamblang di dalamnya, karena itu manusia seharusnya mengimaninya dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya supaya mereka bahagia di dunia dan di akhirat.
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa sungguh peringatan demi peringatan telah berkali-kali disampaikan kepada kaum Fir'aun dan pengikut-pengikutnya. Namun mereka tetap mendustakannya. Peringatan-peringatan itu adalah semua tanda-tanda kerasulan dan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa sebagaimana diungkapkan dalam Surah al-A'raf/7: 133 dan al-Isra'/17: 101. Karena itu Allah menurunkan azab kepada mereka. Azab datang dari Zat yang Mahakuat dan Mahakuasa, yang menunjukkan bahwa azab itu amat hebat. Berupa tenggelamnya Fir'aun dan pengikutnya di Laut Merah.
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa sungguh peringatan demi peringatan telah berkali-kali disampaikan kepada kaum Fir'aun dan pengikut-pengikutnya. Namun mereka tetap mendustakannya. Peringatan-peringatan itu adalah semua tanda-tanda kerasulan dan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa sebagaimana diungkapkan dalam Surah al-A'raf/7: 133 dan al-Isra'/17: 101. Karena itu Allah menurunkan azab kepada mereka. Azab datang dari Zat yang Mahakuat dan Mahakuasa, yang menunjukkan bahwa azab itu amat hebat. Berupa tenggelamnya Fir'aun dan pengikutnya di Laut Merah.
Allah memperingatkan orang-orang kafir Mekah apakah mereka merasa lebih mulia dari kaum kafir sebelum mereka yang telah ditimpa hukuman Allah seperti kaum Nuh, kaum 'Ad dan kaum Samud. Apakah mereka akan selamat dari azab Allah karena kekafiran mereka terhadap-Nya dan kedustaan mereka terhadap rasulNya. Ataukah mereka benar mendapat jaminan tertulis dalam kitabkitab suci bahwa mereka merasa bebas dari azab Allah walaupun selalu kafir dan berbuat jahat. Jika keyakinan mereka itu benar perlu menunjukkan landasan kebenaran keyakinan mereka itu.
Allah masih melanjutkan pertanyaan apakah mereka merasa merupakan suatu kekuatan yang sangat kompak sehingga begitu kuatnya dan tidak mungkin dikalahkan. Abu Jahal berkata, pasukan mereka banyak dan kuat, mereka pasti akan menang (pada peristiwa Perang Badar). (
Allah menegaskan bahwa kesatuan mereka akan diceraiberaikan dan kekuatan mereka akan dipatahkan oleh pasukan Islam. Janji Allah itu terbukti dalam Perang Badar, dimana lebih dari 70 orang pemuka-pemuka mereka tewas dan sisanya lari terbirit-birit kembali ke Mekah. Bukti tentang benarnya kenabian Muhammad saw, karena ayat ini turun di Mekah, sedang Nabi saw belum mempunyai pasukan, bahkan pengikut-pengikut Nabi terpencarpencar, diburu dan disiksa oleh orang-orang musyrik di mana saja mereka berada, 'Umar bin al-Khaththab berkata, "Ketika ayat itu turun saya tidak mengerti apa maksudnya. Tetapi pada Perang Badar, saya lihat Nabi saw memakai baju besi dan saya dengan beliau membaca ayat ini, 'Golongan itu pasti akan dikalahkan, waktu itu barulah saya mengerti maksud ayat tersebut." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu 'Abbas bahwa Nabi saw berkata ketika beliau masih dalam kemah, pada hari Perang Badar: "Aku menagih pesan-Mu dan janji-Mu! Ya Allah, jika Engkau menghendaki (kekalahan kami) niscaya Engkau tidak akan disembah lagi sesudah hari ini". Lalu Abu Bakar memegang tangan Nabi dan berkata, "Cukup sudah ya Rasulullah! Engkau telah begitu mendesak Tuhanmu."Lalu beliau keluar (dari kemah) melompat dengan memakai baju besi sambil membaca ayat ini. (Riwayat alBukhari) Kemudian Allah menyatakan bahwa yang tersebut itu adalah azab dunia dan mereka akan menemui azab yang lebih hebat lagi pada hari Kiamat.
Peperangan tersebut adalah azab yang akan mereka rasakan di dunia, berupa kekalahan, dibunuh atau ditawan tetapi mereka masih akan menerima azab lain yang lebih dahsyat, yaitu azab neraka di akhirat. Azab akhirat itu lebih hebat dan berlangsung kekal dan kuat selama-lamanya.
Allah menyatakan, bahwa sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya adalah orang-orang sesat dan menyimpang dari jalan yang benar di dunia. Di akhirat nanti mereka akan ditimpa azab yang pedih akibat kesesatannya.
Orang-orang yang durhaka akan digiring ke dalam neraka dengan terseret-seret dan terbentur-bentur mukanya ke tanah karena itu mereka sangat menderita. Penderitaan mereka di dalam neraka lebih hebat lagi. Neraka akan melelehkan kulit dan daging mereka
Seluruh makhluk diciptakan-Nya sesuai ketentuan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Karena itu bila seseorang dihukum karena ketetapan dan hukum-hukumnya itu. Dan segala sesuatu akan terjadi sesuai ketetapan-Nya. Dalam ayat lain Allah juga berfirman mengenai ketetapan atau takdir yaitu: Dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuranukurannya dengan tepat. (al-Furqan/25: 2) Tetapi manusia wajib berusaha, ketentuan-Nya diserahkan kepada Allah sesuai firman Allah: Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (an-Najm/53: 39-40) Dalam hadis sahih yang diriwayatkan Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda, "Minta tolonglah kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Bila sesuatu menimpamu, maka katakanlah, Allah telah menetapkannya. Apa yang Dia kehendaki, Dia kerjakan, dan jangan kamu berkata: seandainya aku berbuat begini maka akan begitu. Sesungguhnya kata "seandainya" membuka (kemungkinan pada) perbuatan setan. Sesuai dengan hadis Rasulullah saw: Rasullah saw bersabda: segala sesuatu ditetapkan ukurannya bahkan kelemahan dan kecerdasan. (Riwayat Imam Ahmad dan Muslim dari Ibnu 'Umar) Allah swt berfirman: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (ar-Ra'd/13: 11)
Sesungguhnya perintah Allah hanya disampaikan satu kali dan perintah itu pasti terjadi dengan cepat, lebih cepat dari kedipan mata. Bila Allah swt menghendaki terjadinya sesuatu maka Ia hanya mengatakan "Jadilah" yang dikehendaki-Nya itu segera terwujud. Begitu pulalah mengenai hukuman terhadap orang kafir, hukuman pasti terlaksana di akhirat. (
Ayat ini menerangkan bahwa Allah membinasakan orangorang yang sama dengan mereka, yaitu umat-umat yang mendustakan para nabi pada zaman lampau, mereka telah hancur karena pembangkangannya. Peristiwa-peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah dan bagi siapa saja sesudah mereka beriman. Allah berfirman dalam ayat lain mengenai hukuman yang dijatuhkan kepada satu generasi, sama dengan hukuman yang dijatuhkan pada generasi sebelumnya. Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang sepaham dengan mereka yang terdahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam. (Saba'/34: 54)
Semua perbuatan manusia terhimpun dalam buku catatan masing-masing. Hal itu karena setiap perbuatan manusia kecil ataupun besar, baik atau buruk dicatat oleh malaikat di dalam buku catatan itu, Malaikat Kiram atau sebut saja Raqib, mencatat perbuatan yang baik dan Malaikat Katibin atau 'Atid mencatat perbuatan yang tidak baik. Dalam ayat lain Allah berfirman: Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 18) Oleh karena semua aktivitas manusia, baik perbuatan maupun ucapan, baik yang baik maupun yang buruk, baik besar maupun kecil tercatat di dalam buku catatan masing-masing, maka sangat mudah bagi Allah menjatuhkan hukuman kepada yang berdosa dan memberikan pahala kepada yang berbuat baik.
Semua perbuatan manusia terhimpun dalam buku catatan masing-masing. Hal itu karena setiap perbuatan manusia kecil ataupun besar, baik atau buruk dicatat oleh malaikat di dalam buku catatan itu, Malaikat Kiram atau sebut saja Raqib, mencatat perbuatan yang baik dan Malaikat Katibin atau 'Atid mencatat perbuatan yang tidak baik. Dalam ayat lain Allah berfirman: Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 18) Oleh karena semua aktivitas manusia, baik perbuatan maupun ucapan, baik yang baik maupun yang buruk, baik besar maupun kecil tercatat di dalam buku catatan masing-masing, maka sangat mudah bagi Allah menjatuhkan hukuman kepada yang berdosa dan memberikan pahala kepada yang berbuat baik.
Bagi mereka yang bertakwa, Allah memberikan surgasurga sesuai tingkat ketakwaan mereka. Sebagaimana diketahui surga itu bertingkat-tingkat. Di dalam surga-surga mengalir sungaisungai yang menunjukkan bahwa surga adalah tempat yang menyejukkan, indah dan memberikan hasil yang banyak. Mereka menempati tempat yang benar yang tidak ada cacat atau kekurangannya dan mereka berada di bawah naungan Maharaja yang Mahakuasa, yang akan memberi mereka apa yang Ia kehendaki tanpa halangan siapa pun.
Bagi mereka yang bertakwa, Allah memberikan surgasurga sesuai tingkat ketakwaan mereka. Sebagaimana diketahui surga itu bertingkat-tingkat. Di dalam surga-surga mengalir sungaisungai yang menunjukkan bahwa surga adalah tempat yang menyejukkan, indah dan memberikan hasil yang banyak. Mereka menempati tempat yang benar yang tidak ada cacat atau kekurangannya dan mereka berada di bawah naungan Maharaja yang Mahakuasa, yang akan memberi mereka apa yang Ia kehendaki tanpa halangan siapa pun.